Langkah Bersama, Syahdu Hening di Hatiku

Pengkhotbah 4:9
"Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka." 

Ada hal yang menarik dalam sebuah kisah yang saya baca mengenai hubungan ayah dan anak laki-lakinya yang berumur empat tahun. Dalam narasi cerita tersebut digambarkan seorang ayah yang sedang berjalan bersama dengan anaknya di sebuah rel kereta api yang sudah tak lama dipakai dan rusak. Ini merupakan latar yang cukup tenang untuk saling bertukar pikiran mengenai banyak hal. Namun disatu sisi sang ayah juga memikirkan hal lain dalam benaknya, sehingga tak menyadari bahwa ia sudah beberapa langkah mendahului sang anak. Oleh karena itu, sang anak berkata kepada ayahnya “papa jangan terlalu cepat jalannya”. Kata-kata itu sontak menyadarkan sang ayah bahwa ia tidak memperhatikan kecepatan langkahnya. Yang semestinya perjalanannya dilakukan secara berdampingan namun malah menjadi usaha kejar-kejaran agar tak tertinggal.

Pengkhotbah berkata bahwa “berdua lebih baik daripada seorang diri” merupakan sebuah ungkapan yang nampak sederhana namun mengandung begitu dalam  sebuah makna yang terkandung didalamnya. Ada sebuah keyakinan bahwa pertumbuhan yang seharusnya kita lalui dalam peziarahan iman merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan perjumpaan secara komunal dengan orang lain. Allah menciptakan manusia untuk hidup dalam persekutuan dengan sesama. Karena dalam realita kehidupan yang tak tentu nan tak pasti ini pastinya banyak hal yang akan menggoyahkan iman. Kesadaran akan kerapuhan yang ada dalam kehidupan ini, seharusnya menolong kita untuk melihat dan menggumulkan bahwa melangkah bersama dengan orang lain dalam pertumbuhan merupakan suatu anugerah dari Allah.

Oleh karena itu, dalam pergumulan yang dilalui dalam kehidupan, kita butuh sesama untuk terus memiliki hubungan yang saling membangun dalam iman. Di saat Allah yang penuh kasih itu menolong kita, Dia Allah yang juga memampukan kita untuk dapat berjumpa serta menolong sesama dalam kerapauhan dan kesendirian. Mari kita dalami hati ini dan terus gumulkan dalam kehidupan sehari-hari, bahwa perjumpaan dengan sesama merupakan upaya yang saling mengikat dalam relasi dengan Allah.

Kesadaran akan Allah menolong kita untuk melihat sesama dengan kerendahan hati.