Kasih Yang Menguatkan

Matius 22:37-39
"Jawab Yesus kepadanya: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Yesus menegaskan bahwa hukum yang terutama adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri (Mat. 22:37-39). Dengan demikian, kasih bukan sekadar perasaan yang lembut atau hangat, melainkan inti dari kehidupan orang percaya. Kasih sejati bersumber dari Allah sendiri, sebab Dialah kasih itu (1 Yoh. 4:8). Maka hidup yang dijiwai kasih berarti hidup yang diresapi oleh hadirat Kristus, sehingga setiap tindakan, perkataan, dan pilihan kita memancarkan cinta yang murni kepada Allah dan kepada sesama.


Dalam realitas sehari-hari, kita sering diperhadapkan pada kelemahan, pergumulan, bahkan kekecewaan. Namun kasih sejati tidak mudah luntur oleh situasi apa pun. Kasih itu memberi kita kekuatan untuk tetap berdiri teguh. Kasih menguatkan hati yang letih karena kita sadar bahwa kita tidak sendiri; kasih menguatkan kita dalam menghadapi perbedaan karena kasih menuntun untuk mengampuni; kasih juga menguatkan pelayanan kita karena kasih mendorong untuk memberi tanpa pamrih. Dengan demikian, kasih tidak hanya menjaga kita tetap setia, tetapi juga membuat kita berdaya menghadapi berbagai tantangan hidup.

Kasih yang datang dari Allah bukanlah kasih yang pasif, melainkan kasih yang aktif bekerja dalam hidup kita. Seperti sumber air yang tidak pernah kering, kasih itu semakin melimpah ketika dibagikan. Semakin kita mengasihi sesama, semakin dalam kita merasakan kasih Allah sendiri. Inilah paradoks indah dari kasih Kristen: semakin kita memberi, semakin kita menerima; semakin kita mengasihi, semakin kita dikuatkan.

Karena itu, marilah kita menata hidup berdasarkan kasih yang terutama ini. Mengasihi Allah berarti menempatkan Dia di pusat seluruh prioritas hidup kita; mengasihi sesama berarti mencerminkan wajah Allah yang penuh belas kasih dalam tindakan nyata. Ketika kasih menjadi dasar hidup, maka kita tidak hanya bertahan dalam kesulitan, tetapi juga menjadi saluran berkat yang menguatkan banyak orang. Kasih Kristus yang menguatkan kita, pada gilirannya dipanggil untuk menjadi kasih yang menguatkan dunia di sekitar kita.