
Ibadah yang Mewarnai Kekristenan: Menelisik Perbedaan Liturgi Gereja Protestan dan Kharismatik: Sejarah, Unsur-Unsur, Dasar Teologi, Makna, dan Penerapan Praktisnya
Pada tanggal 20 November 2024, Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Yogyakarta mengadakan seminar dengan tema "Menelisisk Liturgi Ibadah Antara Gereja Protestan & Gereja Kharismatik: Sejarah, Unsur-Unsur, Dasar Teologi, Makna, dan Penerapan Praktisnya" berhasil dilaksanakan di Chapel Dr. Chris Marantika. Tujuan seminar ini adalah untuk mempelajari perbedaan dan persamaan di antara kedua tradisi gereja dalam melaksanakan liturgi ibadah. Acara ini menjadi wadah diskusi yang mencerahkan bagi mereka yang tertarik dengan studi liturgi dan dinamika ibadah dalam konteks kekristenan kontemporer. Para peserta adalah seluruh mahasiswa reguler Sarjana Teologi dari berbagai denominasi.
Dr. Detty Manongko, S.E., M.Th., seorang pakar liturgi dan sejarah gereja, menjelaskan dalam presentasi pertama bahwa liturgi ibadah di gereja Protestan lebih menekankan pada struktur dan urutan yang terstandarisasi, yang mencerminkan pemahaman yang lebih sistematis tentang penyembahan kepada Tuhan. Ia juga menyoroti fakta bahwa liturgi gereja Protestan tradisional cenderung lebih kaku, dengan penekanan pada pembacaan Alkitab, doa-doa liturgis, dan sakramen seperti Perjamuan Kudus serta Baptisan sebagai sarana utama untuk berinteraksi terhadap Sang Pemilik Kehidupan.
Sebaliknya, Dr. Paulus Kunto Baskoro, M.Th., berbicara dalam sesi kedua tentang bagaimana liturgi ibadah gereja-gereja Kharismatik sangat dinamis dan fleksibel. Dia mengatakan bahwa gereja-gereja Kharismatik mengutamakan kebebasan roh dan ekspresi pribadi dalam ibadah mereka. Liturgi mereka terdiri dari musik dan tarian yang penuh semangat serta pengalaman pribadi dengan Roh Kudus; ini membuat mereka lebih terbuka untuk pengalaman transenden yang terjadi secara spontan. Hal ini menunjukkan cara beribadah kepada Tuhan yang lebih individual dan emosional.
Para peserta seminar dibawa untuk membahas peran sakramen dalam liturgi ibadah, yang membuat perbandingan antara kedua tradisi tersebut semakin menarik. Gereja Kharismatik lebih suka berfokus pada pengalaman pribadi dengan Roh Kudus sebagai cara utama untuk meningkatkan hubungan dengan Tuhan. Gereja Protestan melihat sakramen sebagai tindakan sakral yang menghubungkan jemaat dengan misteri keselamatan dalam Kristus. Dr. Detty Manongko, S.E., M.Th. dan Dr. Paulus Kunto Baskoro, M.Th. setuju bahwa meskipun masing-masing pendekatan berbeda, keduanya bertujuan untuk meningkatkan hubungan umat dengan Tuhan melalui ibadah.
Para peserta seminar tidak hanya memperoleh pengetahuan yang berharga tentang teologi liturgi, tetapi juga memungkinkan denominasi untuk berbicara satu sama lain tentang cara-cara yang berbeda dalam praktik ibadah mereka. Mereka tampak tertarik untuk berbicara dan berbagi ide-ide mereka, baik dari sudut pandang teologis maupun praktis, tentang bagaimana liturgi dapat memungkinkan orang untuk mengalami Tuhan secara lebih mendalam. Oleh karena itu, seminar ini berkontribusi pada peningkatan pemahaman teologis dan praktik ibadah antara gereja Protestan dan Kharismatik di Indonesia.
0 Komentar